Kamis, 15 Maret 2012

Cerita ku tentang senja



Sering ku bercerita tentang senja, ku selipkan kata senja di serangkaian kata dalam puisi ku. Senja yang mempunyai warna, menjadikannya berbeda dan mempesona. Senja yang dibalut warna jingga, menjadikannya anggun dan berwarna. Senja dan jingga, perpaduan kata dan warna yang senada seiring dengan alunan nada yang bergelora.
Senja menghantarkan sore merambat malam, menjadikan langit kelam hitam tak berawan. Warna jingga pun tak terlihat lagi di wajah langit malam.
Sampai jumpa jingga, warna mu tetap terlihat ketika senja menghampiriku.

DI MANA



Ibu....
Di manakah engkau?
Yang ku jumpai hanya ayah,
Ayah yang ku kenal,
Ayah yang selalu ku sebut – sebut,
Ayah yang ku cintai...

Ku tak tahu bagaimana rupa mu, ibu...
Ku tak mengenal suara mu, ibu...
Yang ku tahu engkau ada,
Ada entah di mana...

Adakah jodoh di antara kita ibu?
Adakah Tuhan kan mempertemukan kita di dunia?
aku selalu bertanya...
ayah....oooh ayah,
di mana ibu?
*********
Note : puisi “ di mana” terinspirasi dari tangisan seorang anak yang malang tak bertemu ibunya. Lama tinggal bersama ayahnya, entah di mana ibunya. “ anak yang ditinggal ibu”. 13-12-2010

Dua Bintang

Kembali mengisi cerita di setiap lembaran kehidupan. Menyuarakan sanubari dalam ruang dimensi cinta. berganti cerita, bertukar kisah, bersemi cinta. Bergaung dan bergema menyentuh dinding langit yang tak berbatas. Bersanding dua bintang yang berkilau di antara titik titik hitam di langit malam. Butiran gelap menyelimuti permukaan bumi, terasa hawa dingin membalut hati.