Rabu, 27 April 2011

GERIMIS BERTEMAKAN HUJAN


Adalah kisah yang menyelimuti hari,
Ku meniti  doa dalam sendu mengisahkan cerita bersamanya,
Syahdu menentramkan sanubari,
Bait rindu meneteskan tangis,
Cakrawala biru berganti kelabu,
Menilik rasa yang jauh terpendam,
Ada butiran air jatuh terberai,
Menyentuh hati yang peka.

Rinai hujan membelai hati yang kemarau,
Gemuruh saling bersahutan mengepung langit,
Lalu...
Ku ketuk pintu langit, dan
Ku katakan pada nya,
Ini lah puisi ku, “ gerimis bertemakan hujan”
*  Note : ini adalah sebuah tantangan dari saudara ku nun jauh di sana, ia menantang ku dengan memberikan satu tema puisi. Lalu ku setujui itu.

Sepucuk Surat Cinta ku


Bismillahirrohmanirrohim,
Dengan menyebut nama Allah, ku tuliskan surat yang sangat sederhana untuk ibu ku tercinta....
Malam ini ditemani suara jangkrik nan menghibur,  sinaran rembulan dan bintang  yang begitu indah yang tak kunjung pudar cahayanya menyinari malam. Ku tuliskan seluruh kata yang dapat mengungkapkan rasa cinta dan rindu ku buat ibu. Walau sebenarnya, tiada kata yang dapat mewakili ungkapan cinta itu, hanya Allah Yang Maha Tahu isi hati ku bagaimana sebenarnya ku sangat merindukannya.

Kata mereka diriku selalu dimanja, kata mereka diriku selalu ditimang...
Oh..bunda, ada dan tiada dirimu kan selalu dihati.

Setiap ku dengarkan lagu bunda itu, betapa hati ini begitu sedih. Berharap aku dapat memeluknya, bercerita tentang bahagia dan sedih ku, mengadu tentang segalanya. Namun Allah berkehendak lain, betapa sangat ku tak bisa menyalahkan takdir.
Dengan tetesan air mata ku tuliskan semua ini,
 Semenjak dahulu, setiap ku melihat keakraban antara seorang anak dengan ibunya, ku sangat bahagia sekaligus sedih. Bahagia karena sang anak menyayangi ibunya setulus hati, berlaku lembut terhadap ibunya. Dan Sedih, karena ku tak seperti mereka yang selalu dapat mencium telapak tangan ibu setiap akan pergi. Sedih, karena tak dapat memeluk ibu setiap saat. Sedih, karena tak dapat melihat senyuman ibu lagi.
Setiap ku melihat ibu dan anak sedang berjalan bersama, betapa perasaan ini begitu terpukul. Sang anak dengan gayanya yang manja meminta sesuatu, menarik narik tangan sang ibu, merayu dan membujuk agar sang ibu mau menuruti permintaannya. Senyuman kesedihan  muncul di bibir ku.
Ketika ibu telah tiada,  rasanya seperti bintang – bintang yang hilang ditelan malam bagai harus melangkah tanpa ku tahu arah.
Jika seseorang sedang dilanda cinta dan rindu, maka ia bisa menuliskan sajak cinta, mengukir kata indah, dan mengalunkan nada – nada cinta dimanapun ia berada. Begitupula yang terjadi pada ku, ku selalu dilanda cinta dan kerinduan yang mendalam buat ibu. Tak sedikit puisi cinta bisa ku tulis buat ibu.
Terlalu indah dilupakan kenangan ku bersama ibu, walau hanya sedikit waktu ku bersamanya.
Oh..ibu, kasih dan sayang mu kan selalu ku kenang...
Bersinarlah seindah bulan purnama, seindah tulus cintaku kepadanya...